Labels

Ya’juj dan Ma’juj

Ya’juj dan Ma’juj / Yakjuj dan Makjuj / (يأجوج و مأجوج‎) atau Gog dan Magog dalam tradisi Ibrani (Yahudi, גוג ומגוג) adalah sebutan yang muncul dalam kitab suci umat Islam, al-Quran serta kitab-kitab agama lain mengenai sekelompok manusia yang memiliki kekuatan sebagai perosak dan penghancur kehidupan di muka bumi.

Ya’juj dan Ma’juj dalam tradisi keagamaan digambarkan dalam istilah yang tidak jelas. Ada yang menyebutnya sebagai manusia, mahkluk berbentuk raksasa, suatu bangsa atau negeri. Ya’juj dan Ma’juj juga muncul dalam banyak mitos dan cerita rakyat di banyak negara. Walau bagaimanapun, Ya'juj dan Ma'juj seringkali disebut sebagai Gog dan Magog di Dunia Barat. 

Ya'juj dan Ma,juj sebenarnya adalah manusia,  perwatakan ganas, membuat kerosakan, menjahanankan tamadun yang mereka serang, mengambil makanan tuaian, membunuh, merogol, mereka bergerak dari kawasan utara Asia dan timur Eropah ke selatan dan dari tengah Asia ke barat Eropah.


Killer Bee (Banteng & Gurita)

Bijuu : Ushi-Oni ( Hachibi ) si ekor delapan
Jenis : Banteng berekor delapan (gabungan dari banteng dan gurita)
Jinchuuriki : Killer Bee Ninja berasal dari Kumogakure
Kemampuan : Melontarkan Chakra berupa bola api besar
Status Bijuu : Diserap, tetapi palsu
Ditangkap oleh : Sasuke
 
Sebelumnya, banyak yang mengira bijuu ini adalah Yamata no Orochi dan kabarnya pemiliknya ialah Orochimaru. Namun pada Naruto chapter 412 dinyatakan bahwa bijuu ini berbentuk banteng dengan kaki gurita berjumlah 8 yang jinchurikinya ialah Killer Bee. Kekuatannya belum diketahui pasti. Namun, dia bisa menyemburkan semacam bola api raksasa seperti punya Naruto pada wujud ekor 4 tapi lebih besar. 
 
Sasaran Bijuu ini adalah tim Eagle. Tim Eagle yang diketuai Sasuke tiba di tempat Killer Bee. Killer Bee langsung menyerang Sasuke. Pertarungan dengan jurus-jurus yang hebat pun diperlihatkan mereka. Setelah terdesak Killer Bee langsung merubah dirinya menjadi Ushi-oni.
 
Tim Eagle pun sangat terdesak.

Akhirnya Sasuke telah mengalahkan jinchuuriki bijuu ini dengan jurus Amaterasunya dan mengorbankan Karin, Suigetsu. Kemudian membawanya ke sarang Akatsuki. Namun ternyata itu hanya semacam klon palsu yg dibuat jinchuuriki tersebut. Bijuu ini juga mempunyai hubungan yg baik dgn jinchuurikinya. Selain itu, baru diketahui bahwa Killer Bee merupakan saudara kandung dari Raikage. Oleh karena itu, dia sangat geram mendengar kabar akan kematian Killer Bee.
 
Pertarungan ini juga merupakan pertarungan pertama Sasuke dengan menggunakan jurus Amaterasu. Perlu diketahui Amaterasu merupakan jurus pemberian Itachi kepada Sasuke sebelum kematian Itachi. Amaterasu ialah jurus mengeluarkan api hitam yang sangat panas dan berwarna hitam. Amaterasu ternyata sangat mempan saat melawan Hachibi ekor delapan dan membuat Bijuu tersebut tidak berdaya saat melawan Amaterasu.

Kisah Peperangan

Kisah Peperangan / Sejarah perang rebutan harta dan kekuasaan

Kisah Tiga Saudara

Dalam novel ini, Albus Dumbledore mewariskan Hermione Granger sebuah buku kuno berjudul The Tales of Beedle the Bard dalam wasiatnya. Ketika Hermione membaca buku tersebut, ia menemukan sebuah simbol aneh yang digoreskan dalam salah satu halaman. Harry, Ron, dan Hermione pernah melihat simbol yang sama itu digunakan oleh Xenophilius Lovegood, ayah dari kawan mereka, Luna Lovegood. Xenophilius memberi tahu mereka bahwa simbol itu adalah simbol dari Relikui Kematian. Ia bertanya apakah mereka mengetahui Kisah Tiga Saudara (The Tale of the Three Brothers). Hermione menanggapi bahwa kisah itu terdapat dalam The Tales of Beedle the Bard dan membukakan halaman di mana simbol tersebut digoreskan.

Kisah yang ditemukan dalam buku kuno itu menceritakan tentang tiga laki-laki kakak beradik yang hendak menyeberangi sebuah sungai yang terlalu dalam dan terlalu berbahaya untuk direnangi. Tetapi karena mereka adalah para penyihir yang hebat, mereka menyihir sebuah jembatan yang menyeberangi sungai itu. Di tengah-tengah jembatan, mereka menemukan sebuah seseorang berkerudung, yakni Sang Maut itu sendiri. Sang Maut menjadi murka karena ketiga bersaudara yang pandai itu melewati sungai itu tanpa terluka sementara orang-orang sebelumnya yang berusaha melalui sungai itu semuanya tenggelam. Sang Maut berpura-pura mengucapkan selamat kepada para penyihir itu dan memberi tahu bahwa setiap dari mereka layak mendapatkan hadiah atas sihir mereka yang mengagumkan.

Saudara yang tertua, yang suka bertempur, meminta tongkat sihir tak terkalahkan yang layak untuk seorang penyihir yang telah mengalahkan Sang Maut. Untuk memenuhinya, Sang Maut mengambil ranting pohon Elder dan menciptakan sebuah tongkat sihir yang diberikannya kepada saudara tertua. Saudara yang kedua, yang angkuh, bermaksud mempermalukan Sang Maut lagi dan meminta kekuatan untuk memanggil yang telah mati. Sang Maut mengambil sebuah batu dari tepi sungai dan memberi tahu bahwa batu itu memiliki kekuatan kebangkitan. Saudara yang ketiga adalah yang paling rendah hati, paling bijaksana, dan tidak mempercayai Sang maut. Ia meminta sesuatu yang dapat membuatnya bepergian tanpa bisa diikuti Sang Maut. Jadi Sang Maut dengan sangat segan memberikan Jubah Gaib kepada saudara yang ketiga.

Setelah beberapa waktu, ketiganya berpisah dan pergi dalam pertualangan mereka masing-masing. Saudara yang tertua bertempur dalam duel yang selalu dimenangkan, membanggakan tongkat sihir yang didapatkannya dari Sang maut. Suatu malam, ketika ia sedang tidur, seorang penyihir yang iri hati mengendap-endap dan menggorok lehernya, lalu mengambil tongkat sihir itu untuk dirinya sendiri. Saudara yang pertama pun jatuh ke tangan Sang Maut. Saudara yang kedua memiliki sebuah rumah dan tinggal di sana sendirian. Ia mengambil batu itu suatu hari dan memutarkannya tiga kali di tangannya. Seorang wanita yang dicintainya, tapi telah meninggal dunia, muncul di sisinya. Wanita itu terpisahkan dari dunia kematian, sedih dan dingin. Saudara yang kedua menjadi gila dan membunuh dirinya sendiri untuk menyusul wanita yang dicintainya. Saudara yang kedua pun jatuh ke tangan Sang Maut. Namun demikian, Sang Maut tidak pernah menemukan saudara yang ketiga sampai ia melepaskan Jubahnya dan memberikannya pada putranya. Sang Maut pun muncul di sisi saudara yang ketiga yang menyambutnya sebagai kawan lama dan mereka pun meninggalkan dunia dengan sederajat

Jubah Gaib

Dalam legenda sihir, Jubah Gaib memiliki kekuatan untuk menutupi penggunanya dari penglihatan Sang Maut. Jubah Gaib ini adalah jubah gaib yang sejati yang tidak dapat lekang oleh waktu maupun mantera, seperti jubah gaib biasa lainnya yang digambarkan dalam dunia Harry Potter yang ditenun dari rambut makhluk gaib yang dikenal seperti Demiguise, yang dapat menjadi buram seiring waktu dan mudah dirusak oleh beragam mantera.

Jubah ini pada mulanya dimiliki oleh Ignotus Peverell yang dimakamkan di Godric's Hollow, dan diwariskan turun-temurun hingga kepada James Potter dan, akhirnya kepada Harry Potter, yang akhirnya menemukan bahwa dirinya adalah keturunan Ignotus. Jubah ini tidak sedang dipegang oleh James Potter ketika ia terbunuh; karena sebelumnya telah dipinjamkannya kepada Dumbledore yang memiliki ketertarikan besar akan Relikui Kematian. 

Ketika ia menyadari bahwa James Potter kemungkinan memiliki Jubah Gaib legendaris itu, ia meminjamnya untuk "mempelajarinya". Pada akhir Buku ke-7, Dumbledore menjelaskan kepada Harry bahwa sihir sejati Jubah itu dapat melindungi baik pemilik maupun orang lainnya, sebagaimana yang dialami Harry dan kawan-kawannya sepanjang seri ini.

Ular tidak dapat melihat mereka yang ada dibalik Jubah Gaib, tapi mereka dapat merasakan pergerakan dan panas tubuh, sehingga dapat mendeteksi orang yang bersembunyi. Pengguna Jubah Gaib juga dapat dideteksi menggunakan mantera "Homenum Revelio". Dalam Harry Potter dan Piala Api, "Mad-Eye Moody" palsu juga dapat melihat Harry ketika ia mempergunakan Jubah Gaib, dengan menggunakan mata ajaib Moody yang asli.

Harry memutuskan Jubah Gaib sebagai satu-satunya Relik yang akan disimpannya, dan bermaksud untuk mewariskannya kepada keturunannya.

Batu Kebangkitan

Batu Kebangkitan memiliki kekuatan bagi pemiliknya untuk melihat dan berkomunikasi dengan mereka yang sudah meninggal. Menurut dongeng mengenai asal usul Relikui Kematian, setelah mempergunakan Batu Kebangkitan, pemilik aslinya, Cadmus Peverell, membunuh dirinya sendiri setelah melihat tunangannya yang telah meninggal tapi tidak sungguh-sungguh bersama-sama dengannya. Setelah beberapa waktu, batu itu menjadi milik Marvolo Gaunt dalam bentuk cincin. Baik Albus Dumbledore dan Gellert Grindelwald menginginkan batu tersebut, tapi untuk alasan yang berbeda. Sementara Dumbledore menginginkannya untuk berkomunikasi dengan keluarganya yang telah meninggal, Grindelwald bermaksud menggunakannya untuk membuat tentara Inferi. Voldemort mengubah cincin itu menjadi sebuah Horcrux, tanpa menyadari kemampuan sihir dari batu yang bertahta pada cincin tersebut. Batu ini kemudian digunakan terakhir oleh Harry Potter sebelum ia menghadapi Lord Voldemort.

Dumbledore menemukan cincin tersebut di antara reruntuhan rumah keluarga Gaunt, dan dengan segera menyadari bahwa benda itu adalah horcrux sekaligus salah satu dari ketiga Relikui Kematian. Karena kegairahannya akan penemuan Batu Kebangkitan itu, Dumbledore melupakan bahwa Horcrux itu kemungkinan besar telah dikutuk. Dimotivasi oleh hasrat terdalamnya, ia segera mencoba mempergunakan Batu itu untuk berbicara dengan keluarganya yang telah meninggal. Namun demikian, kutukan yang terdapat pada horcrux itu merusakkan lengannya dan mulai menyebar ke seluruh tubuhnya. Walaupun penyebaran itu berhasil dilokalisasi oleh Severus Snape di sebatas lengannya yang rusak dan menghitam saja, Dumbledore sama saja telah dihukum mati, hanya memiliki kemungkinan satu tahun untuk hidup. Sebelum meminta pertolongan Snape, Dumbledore telah menghancurkan terlebih dahulu Horcrux tersebut, dengan menggunakan pedang Godric Gryffindor. Batu itu kemudian diwariskan kepada Harry dalam wasiat Dumbledore, tersembunyi dalam Golden Snitch, yang ditangkap Harry dalam pertandingan Quidditch pertamanya. Snitch ini menampakkan sebuah pesan "Aku membuka pada akhirnya" ketika bersentuhan dengan bibir Harry. Harry tidak dapat membuka Snitch hingga akhirnya ketika ia hendak mengorbankan dirinya untuk dibunuh oleh Voldemort, ia menyadari bahwa "akhirnya" berarti kematian. Ketika ia membisikkan, "Aku sedang menuju kematian", Snitch itu membuka dan memperlihatkan Batu Kebangkitan di dalamnya. Harry menggunakan batu itu untuk memanggil orang tuanya, Sirius Black, dan Remus Lupin yang menenangkan dirinya sebelum ia menemui Voldemort.

Batu tersebut tergelincir dari jari-jari Harry yang kebas di Hutan Terlarang. Ia dan lukisan Dumbledore belakangan setuju bahwa Harry tidak akan mencari kembali batu itu ataupun memberi tahu orang lain di mana batu itu berada, guna mencegah ketiga Relikui Kematian disatukan kembali oleh seorang penyihir. Dalam sebuah wawancara, Rowling mengatakan bahwa ia lebih suka mempercayai bahwa salah satu centaurus menginjak batu itu dan menyebabkannya terkubur untuk selamanya. Dengan demikian, batu itu kemungkinan tidak akan pernah ditemukan lagi di Hutan Terlarang.

Tongkat Elder

Tongkat Elder, yang melegenda sepanjang sejarah sebagai "Tongkat Kematian" atau "Tongkat Takdir", adalah tongkat sihir yang sangat kuat yang dibuat dari kayu pohon elder. Kemungkinan, tongkat ini adalah tongkat yang paling kuat yang pernah ada, dan bila digunakan oleh pemiliknya yang sah, ia kemungkinan tidak dapat dikalahkan dalam duel. Sebagaimana biasanya tongkat-tongkat sihir lainnya, Tongkat ini pun tidak akan mengizinkan dirinya digunakan untuk mencelakai pemiliknya yang sah. Kepemilikan tongkat sihir pun merupakan hal yang rumit. Sebagaimana dinyatakan oleh pembuat tongkat sihir Ollivander, kepemilikan suatu tongkat sihir hanya dapat dipindahkan secara tepat. Tongkat ini akan menundukkan diri kepada seorang pemilik yang baru, jika pemilik lamanya dikalahkan, dilucuti, dipingsankan, atau dibunuh. Hal ini dapat terjadi baik melalui duel sihir maupun melalui jalan non-sihir (membunuh seperti Muggle, misalnya). Jika pemilik tongkat meninggal tanpa dikalahkan, maka kekuatan tongkat sihir akan padam juga karena kekuatan itu tidak pernah dimenangkan dari pemiliknya.

Setelah menyombongkan tongkat sihirnya yang tak terkalahkan, Antioch Peverell tewas terbunuh ketika tidur oleh seorang musuh yang menginginkan tongkat itu. Sejak itu, tongkat sihir ini berpindah-pindah tangan di antara para penyihir yang haus kekuasaan. Setelah melalui beberapa masa, tongkat itu jatuh ke tangan Gregorovitch, seorang pembuat tongkat sihir Bulgaria. Gregorovitch berkoar mengenai Tongkat Elder yang dimilikinya untuk menaikkan popularitasnya ketika ia menghadapi persaingan dengan Ollivander. Ia berusaha mengungkapkan rahasia kedigdayaan Tongkat itu. Tongkat Elder kemudian jatuh ke tangan Gellert Grindelwald, yang mencurinya dari pembuat tongkat sihir yang terkenal itu. Tidak diketahui apakah Gregorovitch berhasil mengungkapkan rahasia Tongkat itu tapi ia mendapatkan reputasi terkenal di Eropa. Grindelwald kemungkinan memingsankan Gregorovitch ketika ia mencuri tongkat itu, karena Grindelwald mendapatkan kesetiaan tongkat itu. Kepemilikan Tongkat Elder kemudian berpindah ke Albus Dumbledore ketika ia mengalahkan Grindelwald. Dalam novel, Rowling tidak pernah secara eksplisit menuliskan bagaimana Grindelwald menjadi pemilik yang sah atas Tongkat Elder.

Ketika Dumbledore merencanakan kematiannya dengan Severus Snape, ia memaksudkan agar Snapelah yang mendapatkan Tongkat Elder tersebut. Dalam skenario ini, karena kematiannya bukan hasil dikalahkan, Dumbledore berharap agar dengan demikian kekuatan tongkat itu pun akan turut padam mengikuti kematiannya. Namun demikian, karena Draco Malfoy melucuti Dumbledore, maka rencana ini gagal dan Draco menjadi pemilik baru dari tongkat itu tanpa menyadarinya. Setelah kematian Dumbledore, tongkat ini diletakkan di dalam makam putihnya. Voldemort kemudian membuka makam tersebut dan mencuri tongkat itu menjadi miliknya. Belakangan ia menyadari bahwa ia tidak menjadi pemilik sesungguhnya dari tongkat itu karena ia tidak mengalahkan pemilik sebelumnya. Ia salah mengira bahwa tongkat itu telah menjadi milik Snape, karena Snapelah yang membunuh Dumbledore. Hak atas tongkat itu kemudian berpindah kepada Harry setelah ia melucuti Draco, walaupun Draco belum pernah sekalipun memegang Tongkat Elder itu.

Voldemort meluncurkan empat kali Kutukan Pembunuh kepada Harry, tetapi setiap kali selalu mengalami kegagalan. Kutukan Pembunuh yang pertama gagal, menurut Dumbledore, dikarenakan pengorbanan diri Lily Potter untuk melindungi Harry, dan setelahnya Harry menjadi Horcrux secara tidak sengaja. Kutukan yang kedua terjadi dalam buku keempat, ketika kedua inti tongkat melindungi Harry dan memberikan waktu kepada Harry untuk melarikan diri. 

Dalam kutukan pembunuh yang ketiga, Tongkat Elder menghancurkan bagian jiwa Voldemort yang berada dalam Harry (Voldemort tidak dapat membunuh Harry, tapi ia dapat menghancurkan bagian dari dirinya sendiri). Kutukan Pembunuh yang ketiga ini merobohkan Harry hingga ia masuk ke kondisi seperti-mati untuk beberapa saat, di mana ia mendapatkan pilihan untuk "terus melanjutkan" ke kehidupan setelah kematian, atau kembali ke dunia, dan ia memilih kembali. Kutukan Cruciatus Voldemort, yang digunakan terhadap Harry ketika Voldemort mengira bahwa ia telah tewas, tidak menyebabkan kesakitan atas Harry. Dalam pertempuran terakhir, Tongkat Elder mengenali tuannya yang sesungguhnya dan ketika menghadapi mantera Expelliarmus dari Harry, tongkat itu menyebabkan kutukan pembunuh terakhir Voldemort berbalik dan membunuh dirinya sendiri. Harry adalah pemilik yang sejati dari tongkat itu dan tongkat itu tidak dapat menyakitinya.

Harry belakangan mempergunakan Tongkat Elder untuk memperbaiki tongkatnya sendiri yang telah patah. Tindakan ini sebetulnya dianggap mustahil menurut Ollivander.

Rowling mengungkapkan dalam salah satu wawancaranya bahwa salah satu judul yang dipertimbangkan sebelum Harry Potter dan Relikui Kematian adalah Harry Potter and the Elder Wand.

Di akhir buku ke 7, Harry bermaksud mengembalikan tongkat itu ke makam Dumbledore dan bermaksud agar jika ia meninggal secara alami, maka kekuatan tongkat itu akan turut padam. Ini berbeda dengan di Harry Potter and the Deathly Hallows part 2 yaitu Harry mematahkan Tongkat Elder menjadi dua, lalu membuangnya ke parit Hogwarts dan melenyapkan kekuatan tongkat itu untuk selamanya.